REVIEW + 3D REVIEW - PLANES
2013,
arul fittron,
arul movie review blog,
Dane Cook,
Disney,
Disneytoon,
Planes,
Planes 3D Review,
Planes Review,
September
Cars memiliki reputasi yang buruk semenjak film keduanya. Cars 2 menuai banyak kritik pedas dan tajam dan menjadi sebuah film paling buruk milik Pixar dan Disney. Maka, kali ini Disney (tanpa Pixar) memilih untuk membuat spin-off from world of Cars. Planes, yang awalnya dirilis dalam format DVD pun dirilis ke dalam format layar lebar.
Dusty (Dane Cook) adalah sebuah pesawat sawah yang digunakan untuk menebarkan pestisida untuk hama. Dia pun bermimpi untuk menjadi sebuah pesawat yang menang dalam sebuah pertandingan balap dunia. Dia pun mendaftar dalam lomba tersebut. Tapi sayangnya, Dusty takut dengan ketinggian dan malah menjadi cemoohan bagi Ripslinger (Roger Craig Smith).
Dibantu oleh pesawat yang selamat dalam pertempuran, Leadbottom (Cedric The Entertainer) yang akhirnya membantu Dusty agar bisa menang dan memerangi ketakutannya dengan ketinggian.
Childish with some annoying scene and failed jokes.
Cars, adalah sebuah film yang tak mempunyai sebuah presentasi film yang begitu bagus. Cars seri pertama mungkin cukup menghibur tanpa mempunyai magical story di dalamnya. Cars 2 yang dirilis kala itu pun memiliki kualitas yang begitu buruk dan mengecewakan para penggemar Pixar. Maka, Planes adalah sebuah spin off dari dunia film Cars yang mengambil karakter Pesawat sebagai karakter utama dan dalam fokus ceritanya.
Planes pun dirilis oleh Disney tanpa asuhan Pixar. Malah, Disney dirilis oleh Disney Toon yang biasanya merilis film dalam format DVD saja. Tapi, daya tarik Planes cukup besar mengingat dia masih memiliki embel-embel dunia Cars dalam film Planes kali ini. Mungkin jika menaruh harapan besar, saya sangsi. Maka saya menonton film ini dengan ekspektasi yang sangat rendah malah tak mau berharap apa-apa. Karena saya pesimis film ini akan menjadi sebuah film animasi kosong lainnya.
Beberapa pandangan negatif yang saya berikan ke dalam film ini pun terwujud. Jika Cars 2 setidaknya mempunyai berbagai plot cerita yang cukup unik. Maka, Planes malah menyajikan sebuah cerita yang begitu gampang dicerna. Zero-to-hero-theme yang banyak sekali diusung oleh film-film animasi yang mungkin akan menginspirasi bagi anak kecil. Planes, menjadi sebuah sajian clicheyang sangat tidak bisa dinikmati bagi saya. Mungkin bagi balita, yes! they can enjoy it.
Jika jalinan Cliche nan cheesy itu bisa diolah dengan baik mungkin bisa menjadi sajian yang setidaknya watchable. Tapi, cerita cliche itu malah berubah menjadi suatu presentasi yang buruk. Dengan berbagai momennya yang membuat kita mengelus dada sebagai penontonnya. Momen menganggu seperti adanya momen khas bollywood yang menurut saya sangat menganggu. Belum lagi jokes-nya yang disajikan kelewat garing.
Sajian cerita cliche ini terasa menganggu. Dengan olahan yang kurang baik dan presentasi yang cukup boring. Maka, Planes seperti membuat film Turbo menjadi sebuah sajian film Masterpiece dibandingkan dengan Planes. Turbo yang sudah memberikan pace cerita yang lambat. Kita akan merasakan sesuatu yang sama saat menyaksikan Planes. Malah, kita akan merasa lebih lambat lagi. Turbo masih memiliki bagian unik. But, It’s not for Planes.
Begitu pun dengan pace cerita yang ter-tarik ulur. Pace cerita di awal disajikan dengan begitu cepat. Awal mula Dusty menuju ke pertandingan diceritakan begitu cepat. Dan mulai datanglah konflik-konflik di film ini yang sangat menganggu keterjagaan pace dari film ini. Dimulai lah parade acakadut dari film ini yang cukup membuat saya akan terlelap tidur. Semua konflik-konflik film ini sangat bisa ditebak dengan aliran cerita apa adanya.
Presentasi yang kekanak-kanakan yang akan menyegarkan bagi para anak kecil dibawah usia 5 tahun. Guyonan-guyonan slapstickdan berbagai celetukan-celetukan yang sangat membuat saya terdiam sejenak dan mencoba mencerna kelucuan seperti apa yang coba film ini berikan kepada kita sebagai penonton. Tapi, saya tidak mendapatkan apa yang mereka maksudkan. Inilah yang semakin membuat saya merasakan kebosanan dengan tingakatan yang sudah tinggi saat menyaksikan film ini.
Its better if this movie goes to direct-to-video movie
Planes jelas sebuah presentasi yang sangat lemah untuk ukuran Disney yang akan dikeluarkan ke layar lebar. Saya lebih menantikan ‘Frozen’ dari Disney yang mungkin akan semenarik Tangled atau Wreck-it Ralph. Planes tak memiliki jalinan cerita yang mumpuni atau bukan sesuatu yang watchable. Tapi, Disney seperti berusaha keras agar Planes tak membuat dunianya terkesan begitu murahan. Tetap memiliki visual yang tak kalah bagus dengan Cars.
Serta mungkin jajaran voiceoverdari film ini yang sebenarnya tak bermain jelek. Hanya saja mereka bermain biasa saja. Nama-nama tak terkenal pun masih digunakan oleh Disney. Mungkin hanya Dane Cook, Val Kilmer, dan Priyanka Chopra yang setidaknya famous dikalangan kita. Masih banyak nama-nama lain yang kurang begitu dikenal. Tapi itulah Disney maupun Pixar. Mereka masih jarang sekali menggunakan nama-nama besar untuk filmnya sendiri.
Salah satu hal yang cukup menarik dari Planes adalah penggunaan soundtrack yang ear-catching. Lagu-lagu Pop Rock yang menghiasi perjuangan Dusty dalam menempuh pertandingannya. Sehingga cukup membuat berbagai momennya tersampaikan. Tapi, scene-scene dengan soundtrack itu tak cukup untuk menyelamatkan keseluruhan film ini yang tak bagus.
Overall, Planes adalah worst Disney big-screen movie release. Ceritanya yang cliche dan cheesy itu tak mampu diolah lagi dengan begitu baik. Dengan berbagai kekacauan dalam penuturan ceritanya serta guyonannya yang lebih ditujukan kepada Balita yang semakin membuat saya bosan. Skip!
Planes pun tak lupa di rilis dalam format 3D. Saya akan review format 3D dalam film ini. Worth it atau tidak.
BRIGHTNESS
Film ini mempunyai tingkat kecerahan yang masih bagus jika disaksikan dalam format 3D.
DEPTH
Kedalaman dalam film ini sangat bagus. Apalagi saat film ini bersettingkan di udara. Semakin menunjang efek Depth dalam format 3D di film ini.
POP OUT
Hampir tidak ada efek Pop Out untuk film ini. Disney lebih memilih untuk memanjakan kita dalam format Depth ketimbang Pop Out di setiap filmnya.
Planes mungkin akan menarik bagi para penonton yang menyukai efek Depth dalam filmnya. Tapi mungkin akan mengecewakan bagi penonton yang akan menantikan efek Pop Out di film ini. Mengingat harga tiket 2D dan 3D yang sama. Apa salahnya dicoba. Decide it by yourself