REVIEW - MALAVITA / THE FAMILY
2013,
arul fittron,
arul movie review blog,
Dianna Agron,
Luc Besson,
Malavita,
Malavita Review,
Michelle Pfeiffer,
October,
Robert De Niro,
The Family,
The Family Review,
We're A Nice and Normal Family
Luc Besson lebih terkenal menjadi seorang screenwriter. Film-film yang ditangani olehnya yaitu trilogi Transporter, Taken, Colombianadan masih banyak lagi. Dia pun pernah menjadi leader untuk sebuah film. Terakhir, dia menyutradarai The Lady. Kali ini, Luc Besson kembali untuk memimpin sebuah film. Malavita atau The Family atau We’re A Nice Normal Family yang diangkat dari sebuah novel.
Blake’s Family yang terdiri atas Fred (Robert De Niro), Maggie (Michelle Pfeiffer), Belle (Dianna Agron), serta Warren (John D’Leo) adalah keluarga mafia yang sedang di lindungi oleh FBI. Robert Stansfield (Tommy Lee Jones) berusaha untuk menutupi jejak Keluarga Fred/Giovanni agar tidak diserang oleh mafia jahat yaitu Don Luchese. Sayangnya, keluarga satu ini tak bisa tak tampil nyentrik untuk orang-orang sekitarnya.
Mereka berusaha membuat semua orang disekitarnya berlaku sesuai dengan dirinya. Maka, banyak kejadian-kejadian aneh yang membuat keluarga satu ini makin terlihat berbeda dengan orang-orang sekitar.
Black comedy movie but it doesnt treat well
Luc Besson adalah sesosok screenwriter yang terkenal. Dalam track recordnya, Film-film miliknya masih bisa dikatakan tidak stabil atau hit and miss di kalangan kritikus. Baik itu saat dia menjadi seorang screenwriter ataupun director. Maka, kali ini dia mendapatkan sebuah project yang di produseri oleh salah satu sutradara terhandal milik Hollywood, Martin Scorsese. Project filmnya pun mengusung tema-tema gangster ataupun mafia.
Malavita, adalah judul yang rilis di Indonesia dan beberapa negara asia. Serta ada beberapa negara asia lainnya, yang mendapatkan judul We’re A Nice and Normal Family. Jika di US, film ini berjudul The Family. Malavita sendiri berarti Goodfellas. Sebuah sarcasm yang cukup bagus untuk film ini sendiri. Jika mengetahui arti film ini, mungkin kita akan merasakan sesuatu yang dark akan tersaji di film ini. Dan itulah yang akan kita dapatkan saat menyaksikan film ini.
Malavita, sebuah film gangster yang tak terlalu ribet seperti film-film milik Martin Scorsese. Ceritanya sederhana dan tak ada unsur-unsur politik yang berat di film ini. Malavita hanya menyajikan sebuah gangster yang berisikan berbagai dark atau black comedy yang sangat kental. Jokes cerdas dan seharusnya bukan menjadi bahan tertawaan. Tapi, Luc Besson tahu bagaimana membuat Black Comedy yang sangat efektif di ceritanya.
Sayangnya, ceritanya yang sederhana itu pun masih tak tertangani dengan baik. Luc Besson mungkin berhasil dalam menyajikan unsur black comedy di film ini. Tapi, dia masih belum berhasil dalam mengarahkan filmnya. Masih ada beberapa ceritanya yang malah menjadi kacau. Banyak sekali back story yang belum dijelaskan dengan baik. Dengan susunan ceritanya yang berantakan menurut saya. Sehingga, berbagai unsur black comedy yang menguatkan film ini malah menjadi terganggu.
Hingga pertengahan film, kita masih belum di beritahu dengan jelas siapa Giovanni atau Fred dan keluarganya ini. Apa yang membuat mereka harus mengikuti Witness Protection Program milik FBI. Hingga akhirnya berbagai pecahan puzzle ini di ceritakan sedikit demi sedikit. Meskipun tak menjadi sebuah cerita backstory yang utuh. Serta berbagai penyelesaian side conflict yang masih memiliki tanda tanya besar bagi saya. Tapi, mungkin ini akan menjadi open discuss lagi semua orang yang menontonnya. Berbagai metaphore yang bisa di artikan sendiri oleh penontonnya
Maka dari itu, kita sebagai penonton tak usah berharap lebih dalam hal cerita untuk film ini. Meskipun Martin Scorsese berada di kursi produser. Tapi, hasil akhir dari film ini juga berada di Luc Besson sebagai sutradara serta para screenwriter-nya. Luc Besson seperti bersenang-senang dalam filmnya ini. Meskipun masih ada rasa canggung saat Luc Besson menggarap film ini. Dia masih kurang total. Bermain setengah-setengah dalam meng-interpretasikan segala kegokilan di film ini. Bahkan, beberapa black comedy film ini juga ada yang tidak berasa.
Great performance from De Niro and the other Blake’s family member.
Durasi film ini bisa dibilang cukup panjang. Maka tak salah, jika Luc Besson seperti kuwalahan ketika film ini bertambah durasi. Karena cerita yang se-sederhana itu harus di ulur menjadi 112 Menit. Maka, kekendoran terjadi di tengah cerita. Tapi, setelah kita lelah mengikuti pertengahan film yang memiliki cerita yang bisa dibilang masih tidak tertata. Kita akan disuguhkan hasil final act yang gokil, seru, menegangkan, dan sekaligus berbagai adegan kocak masuk di dalamnya.
Hal lain yang juga menguatkan film ini. Para pemainnya yang bermain bagus saat memerankan anggota keluarga berdarah dingin dan misterius. Robert De Niro, tak usah di tanya lagi. Sosok bos mafia diperankan dengan baik olehnya. Gaya slengekan, dingin tapi penuh makna diperankan baik olehnya. Begitu pula dengan Michelle Pfeiffer yang juga tampil dengan eksotis dan elegan. Sosok wanita pendamping mafia yang cocok diperankan olehnya.
Dianna Agron, akhirnya kualitas aktingnya di uji. Meskipun masih terlihat malu-malu, toh artis jebolan tv series Glee ini mampu menjadi sosok yang dingin dan brutal. Yap, dia terlihat nakal di film ini. Begitu pula dengan John D’ Leo. Semua family member di film ini bisa memerankan sosok keluarga yang sangat misterius dan dingin. Pas.
Hal lain, adegan gore scene. Meskipun masih terlihat soft dan tak se-asik Kick Ass. Setidaknya, Malavita masih bisa memberikan adegan itu untuk memperkuat berbagai black comedy di filmnya. Serta kata-kata kotor yang menjadi hook film ini seperti “Fuck” yang memiliki makna ganda di filmnya.
Overall, Malavita adalah sebuah film dengan black comedy yang kental. Meskipun Luc Besson masih terlihat malu-malu di film ini dan setengah-setengah, tapi jajaran cast-nya yang mampu tampil bagus makin menguatkan film ini. Enjoyable one.