REVIEW - ELYSIUM
2013,
3.5 stars,
arul fittron,
arul movie review blog,
Elysium,
Elysium Review,
Jodie Foster,
Matt Damon,
Neil Blomkamp,
science fiction,
Sony Pictures
Neil Blomkamp adalah sesosok sutradara muda yang karya debutnya sudah menjadi bahan bicaraan banyak orang. District 9 adalah sebuah mahakarya milik Neil Blomkamp yang filmnya pun bisa menembus kategori Best Pictures di Academy Awards tahun 2009. District 9 adalah sebuah film berbudget kecil. Maka tak salah, jika akhirnya Neil Blomkamp pun di lirik oleh studio-studio besar untuk berkontribusi dan membuat sebuah film mahakarya lainnya dengan budget yang lebih besar. Elysium pun menjadii next project milik Neil Blomkamp.
Di tahun 2154, Bumi sudah mulai kehilangan berbagai unsurnya yang mungkin bisa membuat manusia-manusia di dalamnya bisa bertahan hidup. Orang-orang bumi pun menghabiskan seluruh uangnya hanya untuk bisa bertahan hidup di sebuah planet lain bernama Elysium. Max (Matt Damon) adalah pekerja sebuah perusahaan yang hidup pas-pasan. Dia rela mengumpulkan uang untuk bisa terbang ke Elysium.
Hingga pada suatu hari, sebuah aksiden menimpanya. Max harus terkena radiasi di perusahaan tempat di bekerja. Max pun di diagnosa hanya bisa bertahan hidup hingga 5 hari kedepan. Hingga pada akhirnya, Max pun mencoba untuk membuat para manusia-manusia di Bumi agar bisa hidup di planet Elysium di sisa-sisa hidupnya.
Mega budget doesnt mean will give a good quality
Neil Blomkamp, sang sutradara muda berbakat ini diberi kepercayaan oleh Sony Pictures untuk menggarap sebuah film Science Fiction dengan mega budget. Tak salah jika kepercayaan itu ditujukan padanya. Jika dilihat dari track record, Neli Blomkamp punya kriteria untuk bisa menghasilkan lagi sebuah film Science Fiction yang mungkin akan menggemparkan dunia sekali lagi. Sony Pictures pun tak tanggung-tanggung untuk mengeluarkan budget demi film terbaru milik Neil Blomkamp, Elysium.
Mega budget itu mungkin bisa menjadi sebuah boomerang atau senjata ampuh bagi Neil Blomkamp. Bisa saja, dia terlena dengan hasil dari District 9 yang sangat bagus dan menjadikan Elysium hanya menjadi sebuah film mega budget pencari untung. Dan tak bisa memberikan sebuah presentasi yang bagus layaknya film District 9. Dan dengan adanya Mega Budget bukan berarti itu adalah sebuah jaminan bahwa film yang diberikan akan menjadi sebuah film yang bagus.
Elysium bisa dibilang masih berada beberapa level dibawah District 9. Dengan adanya mega budget itu, ternyata tak membuat Neil Blomkamp bisa memberikan sesuatu yang lebih lagi. Elysium bukan buruk. Saya cukup menyukai apa yang Neil coba tampilkan di layar. Dengan berbagai pendekatan Science Fiction yang begitu kuat di dalamnya. Tetapi sayang, beberapa ceritanya tak bisa ditampilkan begitu kuat layaknya yang dia tampilkan di film terdahulunya.
Presentasinya cukup engangingsaat awal film ini mulai. Tetapi semakin bertambahnya durasi, cerita-cerita itu mulai mengendur tensinya. Ditengah-tengah film, rasanya film ini sudah mulai bertele-tele. Ceritanya yang sudah mulai berjalan tanpa arah itu pun cukup menganggu sebagian cerita intinya sendiri. Tapi, dengan banyaknya aksi-aksi yang stylish itulah yang mungkin akan menutupi berbagai kelemahan cerita di film ini.
Dengan mega budget itu lah, mungkin CGI yang ditampilkan di film ini sangat mengagumkan. Mulai dari tatanan kota-kota post apocalypse di bumi hingga tatanan kota yang begitu besar di planet Elysium itu sendiri. Belum lagi tambahan-tambahan gadget canggih yang akan membuat film ini semakin terasa sci-fi nya. Neil blomkamp bisa menggunakan mega budget itu kepada sebuah value production film Elysium ini sendiri.
Elysium use much old formula without making it to be a new one.
But, another flaws comes in Elysium. Elysium bisa dibilang terjebak di dalam sebuah cerita sci-fi sejenis tanpa diracik menjadi sebuah film sci-fi dengan terobosan baru. Elysium tak bisa menyajikan cerita-cerita sci-fi yang baru. Yah, beberapa-beberapa momennya mengingatkan kita dengan berbagai film-film sci-fi lainnya. Kurangnya originalitas membuat filmnya kurang memberikan gregetnya. Jelas, ini bukan yang terbaik dari Neil Blomkamp. Tapi, bukan berarti film-film selanjutnya akan menjadi buruk. Ini baru film kedua milik Neil. Nantikan saja karya terbaru darinya.
Kembali membicarakan Elysium. Similiaritas itu mengingatkan kita dengan film-film seperti In Time, Total Recall, ataupun dengan film buatannya sendiri yaitu District 9. Semua film-film itu diracik tanpa adanya bumbu-bumbu tambahan. Jelas, beberapa hal masih kurang fresh mengingat Elysium mempunyai budget yang cukup besar. Saya pun menginginkan sesuatu yang lebih baik lagi dari apa yang Neil coba presentasikan di film Elysium nya.
Serasa Neil sedang mencari jalan yang aman untuk mengarahkan film Elysium ini. Sehingga, Neil tak mau memberikan sebuah hal yang groundbreaking. Tak mau benar-benar mengambil resiko yang besar. Resiko besar yang membuat dirinya harus gambling. Elysium akan menjadi film yang breathtaking atau malah menjadi cemooh. But, Neil didn’t do that. Ceritanya berjalan lancar dengan penambahan konflik yang mungkin pas tapi tak ada something special di dalamnya. Semua pernah mengusungnya, pernah menggunakannya.
Tapi, Neil Blomkamp mempunyai abilityuntuk men-direct filmnya menjadi sebuah film yang the way he used to be. Elysium pun diarahkan dengan begitu bagus. Dia memang mampu mengarahkan sebuah film. Meskipun cerita filmnya sendiri masih predictabledan tak ada plot twist yang seharusnya bisa menjadi film Sci-Fi dengan potensi-potensi lebih. Tapi, cerita-cerita predictable itu di arahkan dengan begitu solid. Sehingga saya pun masih bisa menikmati apa yang Neil Blomkamp presentasikan di layar.
Adapt a social issue in a sci-fi way
Beberapa hal yang begitu saya sukai di film ini. Neil Blomkamp mampu memberikan sebuah pelajaran moral yang cukup banyak di film terbarunya kali ini. Neil mencoba mengangkat masalah sosial yang memang sedang terjadi di masyarakat kali ini. Masalah kesenjangan sosial yang sudah menjadi hal yang sering diperbincangkan di era ini. Neil mampu menyelipkan sindiran-sindiran keras di filmnya kali ini.
Tapi, Neil menggunakan pendekatan-pendekatan yang stylish. Maka dari itu, Neil menggunakan Elysium sebagai wadah aspirasi-aspirasi masyarakat. Pendekatan dengan genre Science Fiction. Meskipun terlalu modern, tapi nyatanya Elysium menjadi cara yang ampuh dan bisa diterima oleh semua kalangan. Tak perlu melulu menggunakan cara-cara pendekatan drama dengan pendekatan hati ke hati yang sudah biasa dilakukan oleh beberapa sineas.
Dan itulah, sebuah kekuatan lain dari Elysium yang membuat saya melupakan berbagai hal ke-tidak originalitas-annya ataupun ceritanya yang berjalan lancar, apa adanya, dan cukup predictable. Sebuah sisi humanis yang Neil Blomkamp coba presentasikan di layar. Penuh sindiran-sindiran yang pedas tentang kehidupan sosial bermasyarakatnya. Tanpa perlu banyak keemosionalan cerita dengan penuh derai air mata yang mungkin bisa dinikmati baik Pria ataupun wanita.
Overall, Elysium adalah sebuah film Science Fiction dengan cerita yang predictable dan banyak diusung oleh beberapa sineas Hollywood lainnya. Mengangkat sebuah social issue dengan baik di dalam filmnya. Menggunakan pendekatan yang lebih stylish. Meskipun ini bukan yang terbaik dari Neil Blomkamp yang pernah menggarap film mind blowing layaknya District 9. Tapi, jelas sebuah presentasi yang masih menarik dan enak untuk diikuti dengan pengarahan yang bagus dari Neil Blomkamp.