REVIEW - Cinta Di Saku Celana
Film Indonesia memang tidak jauh dari horror esek-esek ataupun komedi dengan bumbu seksual yang berlebihan. Meski terkadang trailer yang disajikan memberikan premis yang bagus tetapi ketika film sudah rilis filmnya, film tersebut menjadi film yang gagal sekali. Bagaimana dengan film "Cinta Di Saku Celana" ini?
Menceritakan Ahmad seseorang dari panti asuhan yang menentukan arah hidupnya sendiri. Dia berhasil menjadi orang yang pintar dan mendapatkan pekerjaan. Ahmad menyukai seseorang yang dia tahu di kereta bernama bening. Dia sangat tidak mempunyai nyali untuk mendekatinya. Alhasil dia mencoba berbagai cara untuk mendekatinya.
Film Komedi Romantis yang di gadang-gadang menjadi Film bagus ini ternyata dibawah ekspektasi saya. Memang saya baru menontonnya saat DVD nya rilis. Saya sudah exciting terlebih dulu ketika mulai memutar film ini. Film dibuka dengan latar belakang Ahmad sebagai anak panti asuhan. Disini saya mulai cekikan dengan guyonannya. Paruh awal film ini adalah momen terbaik film ini. Cerita memang fokus tertuju pada Ahmad, Bening, dan Gifar (Teman Ahmad) dengan bagaimana Ahmad mulai jatuh cinta dengan Bening dan meminta Bantuan kepada Gifar temannya dengan celetukan - celetukan yang membuat tertawa dari Gifar. Ketika ada pertambahan Karakter yaitu Gubeng, Pencopet yang dimintai bantuan oleh Ahmad, Fajar Nugros masih mampu memaparkannya dengan fokus dan tetap tertuju pada Balada Ahmad saat Jatuh cinta kepada bening. Scene demi scene, Karakter baru mulai bermunculan. Terlalu banyaknya Karakter yang menyesaki Layar dan kurangnya penjelasan Latar Belakang Karakter tersebut, Fajar Nugros terlihat kewalahan. Cerita menjadi pecah, tidak fokus, dan inti cerita tersebut menjadi buyar. Sedikit demi sedikit Film ini lepas kendali. Cerita yang awalnya memberikan Premis yang menarik menjadi kacau balau. Guyonan-guyonannya pun mulai melempem tidak se-renyah di awal film ini dimulai. Alur cerita yang di sajikan sangat absurd dan ajaib memang. Dimana itu semua tidak akan tersaji di dunia nyata. Saya masih menyesalkan Inti Cerita dimana Ahmad ingin memperjuangkan cintanya kepada Bening. Tetapi penyelesaian film ini seperti "Ya Sudahlah, Cinta tak bisa dipaksakan." hambar, terbengkalai, dan kacau.
Beruntunglah cast disini sangat lah menunjang. Meski cerita yang absurd, tetapi Donny Alamsyah sukses memerankan Ahmad yang bingung apa yang harus dilakukan untuk mendekati Bening. Joanna Alexandra juga mampu menjadi Bening yang misterius dimata Ahmad. Dion Wiyoko juga sukses menjadi sesosok cowok yang womanizer dengan gaya mendekati cewek nya yang menirukan gaya orang berpenyakit ayan meskipun tidak diceritakan bagaimana seorang cewek itu tertarik dengan gaya "ayan" nya. Cast yang menyesaki layar nya memang penuh dengan nama-nama papan atas dan terkenal. Seperti Ramon Y. Tungka yang berperan sebagai Gubeng dengan Aksen Surabaya nya yang kental dan tidak dibuat-buat. Dengan enaknya, dia menceletukkan sumpah serapah khas Surabaya. Tak lain dan tak kurang yang menjadi sorot perhatian adalah Lukman Sardi, Luna Maya, dan Agus Kuncoro yang bermain di film ini juga meskipun porsi mereka di film ini memang sedikit sekali dan kegunaan mereka yang tidak terjamah. Terutama pada Luna Maya dan Agus Kuncoro yang hanya main beberapa detik di film ini.
Overall, Cinta Di Saku Celana ini memang mempunyai cerita yang berbeda dengan film bergenre sama lainnya. Karena Cerita yang absurd tersebut kurang terolah dengan baik sehingga membuat film ini menjadi film yang kacau balau di tengah menuju akhir. Kelebihan film ini hanya berada pada Jajaran Cast yang mempunyai nama di kancah perfilman Indonesia saja.
Menceritakan Ahmad seseorang dari panti asuhan yang menentukan arah hidupnya sendiri. Dia berhasil menjadi orang yang pintar dan mendapatkan pekerjaan. Ahmad menyukai seseorang yang dia tahu di kereta bernama bening. Dia sangat tidak mempunyai nyali untuk mendekatinya. Alhasil dia mencoba berbagai cara untuk mendekatinya.
Film Komedi Romantis yang di gadang-gadang menjadi Film bagus ini ternyata dibawah ekspektasi saya. Memang saya baru menontonnya saat DVD nya rilis. Saya sudah exciting terlebih dulu ketika mulai memutar film ini. Film dibuka dengan latar belakang Ahmad sebagai anak panti asuhan. Disini saya mulai cekikan dengan guyonannya. Paruh awal film ini adalah momen terbaik film ini. Cerita memang fokus tertuju pada Ahmad, Bening, dan Gifar (Teman Ahmad) dengan bagaimana Ahmad mulai jatuh cinta dengan Bening dan meminta Bantuan kepada Gifar temannya dengan celetukan - celetukan yang membuat tertawa dari Gifar. Ketika ada pertambahan Karakter yaitu Gubeng, Pencopet yang dimintai bantuan oleh Ahmad, Fajar Nugros masih mampu memaparkannya dengan fokus dan tetap tertuju pada Balada Ahmad saat Jatuh cinta kepada bening. Scene demi scene, Karakter baru mulai bermunculan. Terlalu banyaknya Karakter yang menyesaki Layar dan kurangnya penjelasan Latar Belakang Karakter tersebut, Fajar Nugros terlihat kewalahan. Cerita menjadi pecah, tidak fokus, dan inti cerita tersebut menjadi buyar. Sedikit demi sedikit Film ini lepas kendali. Cerita yang awalnya memberikan Premis yang menarik menjadi kacau balau. Guyonan-guyonannya pun mulai melempem tidak se-renyah di awal film ini dimulai. Alur cerita yang di sajikan sangat absurd dan ajaib memang. Dimana itu semua tidak akan tersaji di dunia nyata. Saya masih menyesalkan Inti Cerita dimana Ahmad ingin memperjuangkan cintanya kepada Bening. Tetapi penyelesaian film ini seperti "Ya Sudahlah, Cinta tak bisa dipaksakan." hambar, terbengkalai, dan kacau.
Beruntunglah cast disini sangat lah menunjang. Meski cerita yang absurd, tetapi Donny Alamsyah sukses memerankan Ahmad yang bingung apa yang harus dilakukan untuk mendekati Bening. Joanna Alexandra juga mampu menjadi Bening yang misterius dimata Ahmad. Dion Wiyoko juga sukses menjadi sesosok cowok yang womanizer dengan gaya mendekati cewek nya yang menirukan gaya orang berpenyakit ayan meskipun tidak diceritakan bagaimana seorang cewek itu tertarik dengan gaya "ayan" nya. Cast yang menyesaki layar nya memang penuh dengan nama-nama papan atas dan terkenal. Seperti Ramon Y. Tungka yang berperan sebagai Gubeng dengan Aksen Surabaya nya yang kental dan tidak dibuat-buat. Dengan enaknya, dia menceletukkan sumpah serapah khas Surabaya. Tak lain dan tak kurang yang menjadi sorot perhatian adalah Lukman Sardi, Luna Maya, dan Agus Kuncoro yang bermain di film ini juga meskipun porsi mereka di film ini memang sedikit sekali dan kegunaan mereka yang tidak terjamah. Terutama pada Luna Maya dan Agus Kuncoro yang hanya main beberapa detik di film ini.
Overall, Cinta Di Saku Celana ini memang mempunyai cerita yang berbeda dengan film bergenre sama lainnya. Karena Cerita yang absurd tersebut kurang terolah dengan baik sehingga membuat film ini menjadi film yang kacau balau di tengah menuju akhir. Kelebihan film ini hanya berada pada Jajaran Cast yang mempunyai nama di kancah perfilman Indonesia saja.