REMEMBER WHEN : KETIKA KAU DAN AKU JATUH CINTA (2014) REVIEW : Potret Manis Kehidupan Cinta Remaja
2014,
3.5 stars,
arul fittron,
arul movie review blog,
Fajar Bustomi,
Ketika Kau dan Aku Jatuh Cinta,
Maxime Bouttier,
Michelle Zudith,
Miqdad Addausy,
Oktober,
Remember When Review,
Stella Cornella
Membahas kisah cinta saat remaja memang cukup indah, bukan? Dengan konflik klise yang sebenarnya bisa dihindari agar tidak terjadi. Dan ya, Kisah cinta remaja memang punya daya tariknya sendiri. Oleh karena itu, para sineas ingin menggambarkan kisah cinta remaja dengan konflik yang klise itu dalam sebuah film layar lebar. Tentu, dengan cara pengemasan konflik yang berbeda dari setiap sutradaranya.
Fajar Bustomi pun mengadaptasi sebuah novel milik Winna Efendi berjudul ‘Remember When’. Dengan cerita cinta dan persahabatan yang cukup kental di dalam bukunya. Disokong dengan naskah yang ditulis oleh Haqi Achmad yang sudah terbiasa menulis naskah adaptasi dari sebuah buku. Juga dengan Memasang wajah aktor dan aktris muda yang segar. Adaptasi buku ini menggunakan Remember When : Ketika Kau Dan Aku Jatuh Cinta sebagai judulnya.
Remember When : Ketika Kau Dan Aku Jatuh Cinta ini bermula dari empat orang yang bersahabat di satu SMA. Dua lelaki, dua perempuan, dan mereka berpasangan. Freya (Michelle Zudith) berpasangan dengan Moses (Miqdad Addausy), Gia (Stella Cornella) berpasangan dengan Adrian (Maxime Bouttier). Mereka masing-masing sudah menjalani hubungannya selama dua tahun. Mereka berempat sering keluar untuk double date di suatu tempat.
Suatu ketika, Moses tidak dapat menjemput Freya untuk pergi double date. Moses pun meminta Adrian untuk menjemput Freya di rumahnya. Freya kaget ketika dijemput oleh Adrian dan merasa gugup. Mereka pun saling berbincang satu sama lain dan menemukan kesamaan di antara mereka. Freya pun merasakan sesuatu yang lain di dalam dirinya. Dia merasa dia mulai menyukai Adrian tetapi dia sudah memiliki Moses. Begitu pun dengan Adrian.
Enjoyable romance movie with great ensemble cast.
Mungkin, ini bukan pertama kalinya buku milik seorang Winna Effendi ini diangkat menjadi sebuah film layar lebar. Masih ingatkah Refrain? Ya, film itu pun berasal dari buku yang ditulis oleh orang yang sama. Remember When juga salah satu buku best seller milik Winna Effendi yang sekali lagi diadaptasi menjadi naskah sebuah film oleh Haqi Achmad –setelah Refrain –dengan pilot baru yaitu Fajar Bustomi. Fajar Bustomi dikenal lewat karyanya di Slank, Gak Ada Matinya dan salah satu segmen di film omnibus Aku Cinta Kamu.
Remember When : Ketika Aku dan Kau Jatuh Cinta ini pun masih memiliki tema yang generik di film-film cinta remaja. Perselingkuhan, persahabatan yang hancur gara-gara cinta, dan hal yang klise lainnya. Tetapi, bukan berarti hal klise itu tidak dapat dikemas dengan baik. Fajar Bustomi bisa dibilang cukup berhasil mengarahkan buku karangan Winna Effendi ini. Dibalut dengan naskah milik Haqi Achmad yang juga mampu merepresentasikan kehidupan remaja pada zaman sekarang.
Remember When : Ketika Aku dan Kau Jatuh Cinta ini memang memiliki banyak karakter yang bergerak sebagai pemeran utama. Tetapi, poin terpenting di film ini dipegang oleh Freya. Fajar Bustomi berhasil menggerakkan setiap pion karakternya dengan matang. Didukung naskah milik Haqi Achmad yang menggunakan dialog-dialog manis yang bisa dikutip. Akhirnya, setiap karakternya berhasil berjalan, menggerakkan ceritanya masing-masing dengan porsinya yang pas. Tidak ada yang pointless yang hanya menyesaki layar.
Memang, Remember When bukanlah sajian cerita cinta remaja yang sempurna. Pun masih ada beberapa kekurangan di dalam filmnya. Penggunaan musik yang overused di beberapa adegan yang semestinya bisa beberapa dihilangkan. Penggunaan musik yang terlalu banyak itu pun sedikit menganggu beberapa momennya. Tetapi ada hal lain di musiknya yang juga menjadi salah satu poin plus untuk film Remember When. Musik yang ear-catchydan manis di beberapa bagian cukup berhasil menguatkan momen indah di dalam filmnya. Pun didukung dengan lagu manis milik RAN yaitu Dekat Di Hati yang menguatkan sisi manis film ini.
15 menit pertama milik Remember When : Ketika Aku dan Kau Jatuh Cinta ini masih memiliki potongan-potongan cerita yang belum rapi. Beberapa subplot cerita di Remember When pun masih terasa tumpang tindih and it happened suddenly. Masalah ini terjadi karena penggalian karakter yang masih dirasa kurang. Sehingga, penonton belum mendapat kesempatan untuk menemukan koneksinya dengan karakter di film ini, terutama pada sosok Moses. Treatment yang dilakukan oleh karakter satu ini memang yang paling lemah di antara karakter lainnya.
Di samping lemahnya penggalian karakter ada faktor yang memperkuat karakter tersebut. Para aktor dan aktris di film ini mampu menghidupkan karakter-karakter muda di film ini. Michelle Zudith, Stella Cornella, Maxime Bouttier, dan Miqdad Addausy berhasil memberikan chemistry mereka sebagai seorang sahabat dan sepasang kekasih. Sehingga, pada momen klimaks film ini, semuanya mampu berkolaborasi dengan baik dan memberikan emosinya. Wajah-wajah segar dan performanya yang cukup baik patut diperhitungkan untuk bermain di film-film lainnya.
Remember When : Ketika Kau dan Aku Jatuh Cinta masih mengangkat tema yang generik untuk film cinta remaja. Konflik klise tentang perselingkuhan dan persahabatan ini dikemas dengan cukup baik oleh Fajar Bustomi. Juga didukung dengan naskah dari Haqi Achmad yang memiliki dialog-dialog yang manis dan musik yang manis, sehingga berhasil merepresentasikan kehidupan cinta remaja yang berwarna. Meski beberapa kesalahan-kesalahan pun masih ada di film ini. Tetapi, Remember When : Ketika Kau dan Aku Jatuh Cinta adalah film remaja yang dibuat dengan baik.