REVIEW - The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2
Setelah setahun menanti, akhirnya seri terakhir dari The Twilight Saga rilis juga. Breaking Dawn seri terakhir ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama yang sudah di rilis setahun lalu. Apakah Breaking Dawn Part 2 ini bisa menjadi penutup yang epic serta memorable layaknya Harry Potter And The Deathly Hallows Part 2?
Tetap melanjutkan dari ending The Twilight Saga : Breaking Dawn Part l, dimana Bella Swan setelah melahirkan anaknya Reneesme hasil pernikahannya dengan Edward Cullen, vampir yang dicintainya. Bella merubah dirinya menjadi New Born Vampir. Bella mulai menyesuaikan dirinya dengan pribadi barunya. Ironisnya ketika hidup Bella sudah mulai bahagia, Reneesme menjadi incaran Volturi dikarenakan ada yang mengatakan ke Aro dan kawan-kawan bahwa Reneesme adalah Immortal kid dan bisa membahayakan kaum vampir.
The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 ini merupakan sebuah penutup dari The Twilight Saga. Film yang memang menjadi pencetak box office dikarenakan penggemarnya yang menyebut diri mereka "twihards" sangat banyak dan Summit (PH yang menaungi) merasa untung dengan adanya Saga ini. Film ini sendiri dari seri ke seri memang tidak pernah memberikan gaya penceritaan yang baik. Malah yang paling mendingan dari seri ini adalah seri pertama dari film ini yaitu Twilight dan Twilight Saga selalu menjadi incaran para kritikus yang sudah skeptis terhadap kualitas film ini. Sesaat saya tercengang dimana rottentomatoes memberikan rating "fresh" tapi lambat laun berubah menjadi "rotten" juga. Alasan saya mengikuti film ini karena saya sudah tercemplung di seri-seri sebelumnya dan tentu novelnya.The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 ini entah kenapa terlihat sedikit lebih matang ketimbang Seri lainnya. Bagaimana tidak? Ini adalah juru kunci dari Twilight Saga. Di bagian keduanya ini, Sedikit memberikan taring untuk ceritanya. Tak seperti bagian pertamanya yang datar dengan sedikit tanjakan di akhir film. Bagian kedua ini memberikan sesuatu yang setidaknya bisa dinikmati. Cerita saat Bella menyesuaikan diri dengan lingkungannya saat menjadi vampire dengan sedikit adegan aksi yang mengasyikkan. Lambat laun, penyakit Twilight Saga muncul juga. Pace Cerita yang tersusun di awal seketika melambat dengan dialog-dialog puitis serta Love Scene yang memang tidak se-vulgar bagian pertama film ini dan tidak terlalu sering. Romansa cinta Edward-Bella yang mulai dewasa sebagai pasangan suami-istri diceritakan dengan sweet. Bill Condon tahu benar mengarahkan karya selemah ini dan mungkin sudah berusaha semaksimal mungkin dengan film ini. Tak bisa disalahkan juga karena Novel karya Stephanie Meyer ini memang berjalan seperti itu. Lambat, penuh romansa cinta yang "menye-menye" dan dialog puitis yang mungkin sedikit berlebihan.
Setelah melewati masa terpuruk dari penceritaan alur yang melambat. The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 mengeluarkan taring dan inti dari film ini. Ini adalah bagian terasik dari film ini. Pertarungan Volturi melawan Kubu Bella meskipun pembaca novelnya bakal tau apa yang terjadi dengan Pertarungan tersebut dan mungkin penonton awam mengira bahwa kejadian tersebut sangatlah konyol. Tetapi, adegan aksi disini saat asyik dimana kita tahu bahwa Twilight Saga sangat jarang menampilkan cerita dengan penuh adegan aksi. Meski CGI yang kasar masih tetap menyelimuti film ini. CGI di Twilight Saga terkesan kurang halus. Bukan kurang halus lagi melainkan bisa dikategorikan buruk. Mungkin karena PH film ini Summit Entertainment termasuk Production House yang kurang jam terbang tidak seperti Warner Bros, 20th Century Fox, Disney dan sebagainya. Entah benar atau tidak, bayi Reneesme itu saya lihat-lihat termasuk CGI juga dan jika iya, itu termasuk CGI yang buruk. Pengembangan cerita dan karakter yang kurang di film ini sehingga menciptakan plot hole dimana-mana meskipun saya mengikuti novelnya tetapi saya sendiri agak lupa dengan cerita di novel. Sehingga penjelasan di film juga perlu digali lebih. Kristen Stewart rupanya mulai sedikit improvisasi dengan raut wajahnya. Disini dia mulai mengembangkan kualitas aktingnya tidak melulu ekspresi bengong khasnya yang mengesalkan dan akting yang ala kadarnya. Kristen Stewart mulai akting total di film ini. And Stewart you have stunning face here. Robert Pattinson dan Taylor Lautner tetap akting konstan saat kemunculan mereka di Twilight karena act-ability mereka tidak cukup parah daripada Kristen Stewart meskipun tetap dikategorikan agak buruk. Beruntunglah Robert Pattinson karena di seri ini tingkat kepucatan wajahnya tidak terlalu tebal. Tak Seperti pada Eclipse ataupun Breaking Dawn Part 1. Penutup scene dari film ini adalah scene favorit saya di film ini. Flashback ke masa-masa Edward-Bella baru kenal hingga menikah dengan di iringi lagu "A Thousand Years (Part 2)" milik Christina Perri terlihat sweet and romantic. The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 memberikan patokan lebih untuk Saga ini meskipun tetap saja bukan berarti film ini dikategorikan bagus.
Overall, The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 adalah yang terbaik di Saga nya meskipun belum patut untuk dikategorikan Terbaik pada umumnya. Setidaknya Breaking Dawn Part 2 memberikan penutup yang sedikit manis.
Tetap melanjutkan dari ending The Twilight Saga : Breaking Dawn Part l, dimana Bella Swan setelah melahirkan anaknya Reneesme hasil pernikahannya dengan Edward Cullen, vampir yang dicintainya. Bella merubah dirinya menjadi New Born Vampir. Bella mulai menyesuaikan dirinya dengan pribadi barunya. Ironisnya ketika hidup Bella sudah mulai bahagia, Reneesme menjadi incaran Volturi dikarenakan ada yang mengatakan ke Aro dan kawan-kawan bahwa Reneesme adalah Immortal kid dan bisa membahayakan kaum vampir.
The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 ini merupakan sebuah penutup dari The Twilight Saga. Film yang memang menjadi pencetak box office dikarenakan penggemarnya yang menyebut diri mereka "twihards" sangat banyak dan Summit (PH yang menaungi) merasa untung dengan adanya Saga ini. Film ini sendiri dari seri ke seri memang tidak pernah memberikan gaya penceritaan yang baik. Malah yang paling mendingan dari seri ini adalah seri pertama dari film ini yaitu Twilight dan Twilight Saga selalu menjadi incaran para kritikus yang sudah skeptis terhadap kualitas film ini. Sesaat saya tercengang dimana rottentomatoes memberikan rating "fresh" tapi lambat laun berubah menjadi "rotten" juga. Alasan saya mengikuti film ini karena saya sudah tercemplung di seri-seri sebelumnya dan tentu novelnya.The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 ini entah kenapa terlihat sedikit lebih matang ketimbang Seri lainnya. Bagaimana tidak? Ini adalah juru kunci dari Twilight Saga. Di bagian keduanya ini, Sedikit memberikan taring untuk ceritanya. Tak seperti bagian pertamanya yang datar dengan sedikit tanjakan di akhir film. Bagian kedua ini memberikan sesuatu yang setidaknya bisa dinikmati. Cerita saat Bella menyesuaikan diri dengan lingkungannya saat menjadi vampire dengan sedikit adegan aksi yang mengasyikkan. Lambat laun, penyakit Twilight Saga muncul juga. Pace Cerita yang tersusun di awal seketika melambat dengan dialog-dialog puitis serta Love Scene yang memang tidak se-vulgar bagian pertama film ini dan tidak terlalu sering. Romansa cinta Edward-Bella yang mulai dewasa sebagai pasangan suami-istri diceritakan dengan sweet. Bill Condon tahu benar mengarahkan karya selemah ini dan mungkin sudah berusaha semaksimal mungkin dengan film ini. Tak bisa disalahkan juga karena Novel karya Stephanie Meyer ini memang berjalan seperti itu. Lambat, penuh romansa cinta yang "menye-menye" dan dialog puitis yang mungkin sedikit berlebihan.
Setelah melewati masa terpuruk dari penceritaan alur yang melambat. The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 mengeluarkan taring dan inti dari film ini. Ini adalah bagian terasik dari film ini. Pertarungan Volturi melawan Kubu Bella meskipun pembaca novelnya bakal tau apa yang terjadi dengan Pertarungan tersebut dan mungkin penonton awam mengira bahwa kejadian tersebut sangatlah konyol. Tetapi, adegan aksi disini saat asyik dimana kita tahu bahwa Twilight Saga sangat jarang menampilkan cerita dengan penuh adegan aksi. Meski CGI yang kasar masih tetap menyelimuti film ini. CGI di Twilight Saga terkesan kurang halus. Bukan kurang halus lagi melainkan bisa dikategorikan buruk. Mungkin karena PH film ini Summit Entertainment termasuk Production House yang kurang jam terbang tidak seperti Warner Bros, 20th Century Fox, Disney dan sebagainya. Entah benar atau tidak, bayi Reneesme itu saya lihat-lihat termasuk CGI juga dan jika iya, itu termasuk CGI yang buruk. Pengembangan cerita dan karakter yang kurang di film ini sehingga menciptakan plot hole dimana-mana meskipun saya mengikuti novelnya tetapi saya sendiri agak lupa dengan cerita di novel. Sehingga penjelasan di film juga perlu digali lebih. Kristen Stewart rupanya mulai sedikit improvisasi dengan raut wajahnya. Disini dia mulai mengembangkan kualitas aktingnya tidak melulu ekspresi bengong khasnya yang mengesalkan dan akting yang ala kadarnya. Kristen Stewart mulai akting total di film ini. And Stewart you have stunning face here. Robert Pattinson dan Taylor Lautner tetap akting konstan saat kemunculan mereka di Twilight karena act-ability mereka tidak cukup parah daripada Kristen Stewart meskipun tetap dikategorikan agak buruk. Beruntunglah Robert Pattinson karena di seri ini tingkat kepucatan wajahnya tidak terlalu tebal. Tak Seperti pada Eclipse ataupun Breaking Dawn Part 1. Penutup scene dari film ini adalah scene favorit saya di film ini. Flashback ke masa-masa Edward-Bella baru kenal hingga menikah dengan di iringi lagu "A Thousand Years (Part 2)" milik Christina Perri terlihat sweet and romantic. The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 memberikan patokan lebih untuk Saga ini meskipun tetap saja bukan berarti film ini dikategorikan bagus.
Overall, The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2 adalah yang terbaik di Saga nya meskipun belum patut untuk dikategorikan Terbaik pada umumnya. Setidaknya Breaking Dawn Part 2 memberikan penutup yang sedikit manis.
PS : rating 0,25 saya tambahkan karena saya sangat suka scene flashback film ini. Memorable