REVIEW - The Bourne Legacy
Mengingat kesuksesan dari segi kualitas dan juga pemasukan yang terjadi di tiga film pendahulunya. Sineas hollywood tertarik melanjutkan kisah "Bourne" yang diangkat dari novel ke layar lebar. Apakah bisa melampaui ketiga filmnya?
Bukan lagi Bourne yang diceritakan dalam installment ke empat ini. Melainkan Aaron Cross yang ternyata adalah agen yang berhasil lolos dari suatu program yang ternyata dihapuskan oleh pemerintah sehingga para agen yang terlibat dalam program tersebut harus dibunuh satu persatu. Bersama Dr. Shearing, mereka pergi ke Manila untuk mencari obat dari program tersebut.
Para penggemar Kisah mata-mata Bourne mungkin menantikan film ini. Mengingat bagaimana kualitas ketiga film mereka yang begitu kuat sehingga tak ada salahnya saya sendiri berekspektasi lebih terhadap film ini. Penjabaran kisah Aaron yang runtut tetapi tak se-epic Bourne sebelumnya dimana percakapan yang panjang dan rumit yang akan menjelaskan semua kepada penonton tanpa ada aksi yang memukau di awal film mungkin akan membuat penonton merasakan kebosanan. Menuju pertengahan, film mulai terlihat kacau meski tak parah tetapi penonton akan merasakan bagaimana penceritaan film ini terkesan cepat tanpa penceritaan yang lebih intens. Ketika menuju akhir, Film ini menunjukkan kegarangannya. Aksi-aksi ala bourne dan how to survive trick ala bourne yang dikemas oleh sutradara meski mereka tetap menggunakan Formula yang sama di ketiga film pendahulunya. Aksi kejar-kejaran serta aksi fighting dengan tangan kosong maupun dengan senjata yang enak untuk dilihat tetapi akan terasa sangat familiar saat anda menyaksikan film-film pendahulunya sehingga tak ada yang spesial dalam adegan aksi di film ini.
Kurang terjalinnya benang merah antara ketiga film sebelumnya dan mungkin lebih terkesan melupakan siapa bourne dan apa hubungannya dengan film ini mungkin akan membuat penonton bingung. Sehingga kita sendiri tidak dapat mengambil kesimpulan dengan apa yang dimaksud dengan "Legacy" atau "Warisan" dari bourne yang diceritakan di film ini. Beruntunglah film ini terselamatkan oleh pemilihan aktor dan aktris yang tidak miscast di film ini. Jeremy Renner memberikan peforma yang baik saat memerankan karakter Aaron yang misterius dan cerdik. Serta Rachel Weisz yang memerankan Dr.Shearing yang sangat traumatik akan kejadian yang menimpanya saat Dokter di tempatnya bekerja mengadakan pembantaian. Adegan interogasi yang menjadi performa terbaik Weisz sehingga memberikan atmosfir yang menegangkan dan penuh emosi. Chemistry antara Renner-Weisz benar-benar terjalin dengan baik tanpa ada unsur kemesraan yang terlalu berlebihan sehingga mereka terlihat begitu elegan dan enak untuk dinikmati oleh penonton.
Overall, meski tidak mewarisi kemegahan Film Bourne Trilogy. Installment keempat ini bukan yang terbaik dan belum bisa dikatakan buruk mungkin lebih tepatnya paling lemah diantara Film Bourne sebelumnya tetapi tetap layak untuk dijadikan tontonan akhir pekan yang berkualitas. Setidaknya film ini masuk list Guilty Pleasure saya.
Bukan lagi Bourne yang diceritakan dalam installment ke empat ini. Melainkan Aaron Cross yang ternyata adalah agen yang berhasil lolos dari suatu program yang ternyata dihapuskan oleh pemerintah sehingga para agen yang terlibat dalam program tersebut harus dibunuh satu persatu. Bersama Dr. Shearing, mereka pergi ke Manila untuk mencari obat dari program tersebut.
Para penggemar Kisah mata-mata Bourne mungkin menantikan film ini. Mengingat bagaimana kualitas ketiga film mereka yang begitu kuat sehingga tak ada salahnya saya sendiri berekspektasi lebih terhadap film ini. Penjabaran kisah Aaron yang runtut tetapi tak se-epic Bourne sebelumnya dimana percakapan yang panjang dan rumit yang akan menjelaskan semua kepada penonton tanpa ada aksi yang memukau di awal film mungkin akan membuat penonton merasakan kebosanan. Menuju pertengahan, film mulai terlihat kacau meski tak parah tetapi penonton akan merasakan bagaimana penceritaan film ini terkesan cepat tanpa penceritaan yang lebih intens. Ketika menuju akhir, Film ini menunjukkan kegarangannya. Aksi-aksi ala bourne dan how to survive trick ala bourne yang dikemas oleh sutradara meski mereka tetap menggunakan Formula yang sama di ketiga film pendahulunya. Aksi kejar-kejaran serta aksi fighting dengan tangan kosong maupun dengan senjata yang enak untuk dilihat tetapi akan terasa sangat familiar saat anda menyaksikan film-film pendahulunya sehingga tak ada yang spesial dalam adegan aksi di film ini.
Kurang terjalinnya benang merah antara ketiga film sebelumnya dan mungkin lebih terkesan melupakan siapa bourne dan apa hubungannya dengan film ini mungkin akan membuat penonton bingung. Sehingga kita sendiri tidak dapat mengambil kesimpulan dengan apa yang dimaksud dengan "Legacy" atau "Warisan" dari bourne yang diceritakan di film ini. Beruntunglah film ini terselamatkan oleh pemilihan aktor dan aktris yang tidak miscast di film ini. Jeremy Renner memberikan peforma yang baik saat memerankan karakter Aaron yang misterius dan cerdik. Serta Rachel Weisz yang memerankan Dr.Shearing yang sangat traumatik akan kejadian yang menimpanya saat Dokter di tempatnya bekerja mengadakan pembantaian. Adegan interogasi yang menjadi performa terbaik Weisz sehingga memberikan atmosfir yang menegangkan dan penuh emosi. Chemistry antara Renner-Weisz benar-benar terjalin dengan baik tanpa ada unsur kemesraan yang terlalu berlebihan sehingga mereka terlihat begitu elegan dan enak untuk dinikmati oleh penonton.
Overall, meski tidak mewarisi kemegahan Film Bourne Trilogy. Installment keempat ini bukan yang terbaik dan belum bisa dikatakan buruk mungkin lebih tepatnya paling lemah diantara Film Bourne sebelumnya tetapi tetap layak untuk dijadikan tontonan akhir pekan yang berkualitas. Setidaknya film ini masuk list Guilty Pleasure saya.